( Indonesia )
Takayuki Kubota lahir sekitar tahun 1930 di Kumamoto, Jepang. Sejak usia 4 tahun sudah diberi dasar-dasar teknik judo oleh Denjiro Kubota, ayah kandungnya yang merupakan seorang praktisi kendo, jiujitsu, dan judo yang
Takayuki Kubota lahir sekitar tahun 1930 di Kumamoto, Jepang. Sejak usia 4 tahun sudah diberi dasar-dasar teknik judo oleh Denjiro Kubota, ayah kandungnya yang merupakan seorang praktisi kendo, jiujitsu, dan judo yang
ternama di daerahnya. Setahun kemudian, Takayuki Kubota belajar Tote Okinawa dari sensei Tokunaga dan sensei Tarada, dua orang tentara yang bermukim di Kumamoto.
Pelajarannya sangat klasik, hanya memukul (tsuki) dan tendangan (geri). Tidak diajarkan kata atau rangkaian jurus. Walaupun klasik, Takayuki Kubota sangat patuh dan rajin. Ia dilatih sangat keras setiap hari selama dua tahun, hasilnya adalah kuda-kuda dan otot-otot Takayuki Kubota menjadi sangat kuat. Pada waktu luang di
rumahpun ia terus berlatih hingga ibunya sangat khawatir akan kesehatan anaknya. Meningkat usia sepuluh tahun, Takayuki Kubota sudah mahir dalam olah nafas dan meditas yang memperkuat tubuhnya. Sering ia pergi tengah malam menuju hutan atau pegunungan untuk melakukan meditasi hingga keesokan harinya.
Pada akhir Perang Dunia II, sekitar tahun 1943, Takayuki Kubota mengikuti pendidikan militer kerajaan untuk menjadi prajurit pembela negara dari serbuan musuh yang akan menduduki Jepang. Musuh tersebut adalah tentara Amerika. Ia dilatih khusus teknik pertarungan untuk membunuh musuh dalam waktu singkat, dengan karate.
Tangannya memegang pemberat dari batu cadas tajam dan besar sambil memukul ribuan kali setiap hari. Begitu juga dengan tendangan yang dilakukan sangat terarah dengan bantuan makiwara atau alat lain. Selama tiga tahun Takayuki bersama-sama
dengan ratusan pemuda lain dilatih untuk menjadi pasukan komando yang sangat berbahaya. Tangannya menjadi keras seperti baja yang mampu menebas tentara sekutu dalam hitunga detik. Namun sejarah menentukan lain, Jepang menyerah pada tahun 1945 dan Takayuki tidak usah menggunakan tangan mautnya untuk membunuh.
Seusai perang, Jepang mengalami depresi hebat. Program pendidikan prajurit perkasa di Kumamoto otomatis bubar. Takayuki Kubota kemudian pindah ke Tokyo untuk bergabung dengan karateka dari kota lain. Namun di ibukota Jepang tersebut kelaparan dan kekacauan sosial sedang terjadi dengan hebat. Jangankan mendapat pekerjaan, untuk mendapat jatah ransum roti atau gandum saja ia harus antri dari subuh.
Selama berbulan-bulan kesulitan itu harus dipikul Takayuki Kubota dan mayoritas penduduk Jepang lainnya. Namun, nasib baik mempertemukan Takayuki dengan kawan lamanya sewaktu bersama-sama berlatih karate di Kumamoto. Orang itu adalah Karino, yang menjabat sebagai detektif polisi Tokyo. Karena sudah mengetahui ketangguhan dan keahlian Takayuki Kubota, Karino merekrut sahabatnya tersebut untuk mengajarkan karate kepada seluruh jajaran kepolisian yang ia pimpin. Walaupun saat itu Kubota baru berusia 19 tahun, namun kesungguhannya dalam mengajar memberikan wibawa tersendiri. Bersamaan dengan padatnya acara mengajar di kepolisian, dan atas dorongan detektif Karino maka dibukalah dojo pertama Takayuki Kubota.
Selain menjadi sensei karate, Takayuki Kubota kemudian ditugasi sebagai detektif kepolisian Tokyo. Seringkali ia harus bertarung melawan para gangster dan pelanggar hukum ketika melakukan tugas-tugas penyamaran. Satu teknik yang membuat Takayuki terkenal di Tokyo adalah keahliannya menangkap dan menjepit kuat-kuat bilah pisau atau pedang pendek lawan, dan mampu menundukkan todongan pistol oleh kecepatannya.
Walaupun semua lawannya dapat dikalahkan, tidak urung Takayuki Kubota beberapa kali terkena sabetan samurai atau tusukan senjata tajam lainnya. Dari pengalamannya mengajar, praktek di satuan tugas kepolisian ilmu karate yang diterapkan, dan dikuasai Takayuko Kubota kemudian dinamakan aliran Gosoku, yaitu cepat dan keras.
Pada tahun 1958, Takayuki Kubota merantau ke California, Amerika Serikat. Di tempat tujuan, Kubota yang mengantongi keahlian mengajar pasukan kepolisian langsung menawarkan diri untuk mengajar karate di beberapa pangkalan militer dan kepolisian. Oleh karena keahliannya sangat tinggi, dalam waktu singkat ia sudah mempunyai jadwal mengajar tetap di beberapa tempat.
Tahun 1964, Kubota datang ke Amerika Serikat. Kubotamampu mengumpulkan beberapa pria muda berbakatuntuk menciptakan inti dari cabang AS. Di bawahbimbingan Kubota itu, I.K.A. yang telah mendapat pengakuan luas di dunia seni bela diri. Anggota organisasi telah memenangkan gelar juara nasional, termasuk negara bagian California, kejuaraan dunia.The International Association Karate telah menyebar keseluruh dunia dengan kantor pusat berlokasi diGlendale, California.
FILOSOPHY
Pengetahuan yang luas dan mendalam Grand Master Takayuki Kubota tentang seni bela diri dan pengalaman belajar dari tangan pertama dengan kelompok-kelompok dan individu yang berbeda, dan mengajarkan kepada mulai dari anak-anak muda, lembaga penegak hukum dan lain sebagainya, mendorongnya untuk lebih menyempurnakan dan memodernisasi karate - do alirannya serta untuk memenuhi kebutuhan yang sangat spesifik.
Pengalamannya sendiri dengan pelatihan pertahanan diri dari karate telah membuatnya benar-benar tertarik dalam mengembangkan karate di semua tingkatan. terutama berkaitan dengan metode mengajar anak-anak dan orang muda. Dia amat prihatin dengan promosi dan masa depan karate, khususnya di luar Jepang.
Dengan keprihatinan ini dan ide-ide yang cemerlang, ia berangkat untuk menciptakan Gosoku – Ryu karate dengan gaya keras- cepat. Guru Takayuki Kubota butuhbeberapa tahun melakukan penelitian lebih lanjut dan perbaikan sampai menjadi sistem yang paling praktis dan serbaguna dari karate yang dipraktekkan di mana saja di dunia ini.
Pada tahun 1989 , Grand Master Kubota dianugerahkan gelar Soke, yaitu , pencipta gaya baru , unik dan diakui secara internasional dalam bidang seni beladiri karate .
Soke adalah instruktur terkenal di dunia dari gaya Shotokan karate, namun menolak untuk membahas atau membandingkan manfaat relatif dari gaya Gosoku - Ryu dengan metode lain dari praktek Karate. Ketika dihadapkan dengan pertanyaan, apakah Gosoku Ryu lebih unggul ? " , Ia dengan rendah hati menjawab, " Karate adalah karate ! " Mungkin ia ingin menyiratkan bahwa semakin lama Anda
berlatih karate , semakin Anda akan mengenali kesamaan antara berbagai gaya daripada perbedaan. Soke adalah orang yang sangat sederhana dan rendah hati. Perasaan yang tulus dari kerendahan hati dan rasa hormat yang tulus untuk tradisi yang acknowleged oleh semua orang yang mengenalnya .
Tidak diragukan lagi Gosoku - Ryu Karate adalah salah satu gaya yang paling kuat dan praktis dari karate -do yang dikenal manusia . Efektivitasnya tidak hanya fungsi dari teknik pertempuran, tetapi juga metode-metode yang mereka diajarkan dan diterapkan di IKA dan dojo afiliasinya.
Menjadi guru besar dan pendidik, Soke sangat menyadari kekurangan dari metode yang lebih tua dari pengajaran dan pelatihan yang masih dilakukan pada saat itu. Soke langsung tahu bahwa metode tradisional pelatihan harus direvisi untuk memenuhi kedua tuntutan metode baru karate -do, serta gaya hidup murid-muridnya. Dia telah membayangkan bahwa mayoritas murid-muridnya adalah anak-anak,
mahasiswa dan orang yang bekerja dengan waktu luang yang terbatas untuk berlatih karate dan kegiatan yang terkait . Untuk menjamin efisiensi pelatihan tanpa mengorbankan kemampuan teknis ia menciptakan langkah tertentu demi langkah metode pelatihan dan latihan praktek yang kompatibel dengan tuntutan fisik dari sistem Gosoku - Ryu dan keterbatasan murid-muridnya.
Kihon kata misalnya pada umumnya dan kata Kihon - Sonota khususnya adalah beberapa cara yang dirancang untuk melaksanakan ide-ide mengajar di lingkungan dojo . Meskipun Gosoku - Ryu karate mencakup luasnya tekhnik karate, filosofi pengajaran menekankan bahwa itu adalah kualitas teknik yang lebih penting daripada kuantitas.
( English )
Takayuki Kubota was born around 1930 in Kumamoto, Japan. Since the age of 4 years he has been given the basics of judo techniques by Denjiro Kubota, his biological father who is a renowned kendo, jujujitsu, and judo practitioner in his area. A year later, Takayuki Kubota learned the Okinawa Tote from sensei Tokunaga and sensei Tarada, two soldiers who settled in Kumamoto.
The lessons are very classic, only hitting (tsuki) and kick (geri). Not taught words or series of moves. Although classic, Takayuki Kubota is very obedient and diligent. He trained very hard every day for two years, the result was that the horses and muscles of Takayuki Kubota became very strong. In his spare time at home he continues to practice until his mother is very worried about his child's health. Increasing the age of ten years, Takayuki Kubota is already proficient in breathing and meditation that strengthens his body. Often he goes midnight to the forest or mountains to meditate until the next day.
At the end of World War II, around 1943, Takayuki Kubota attended the royal military education to become a defending warrior of the country from the invading enemy that would occupy Japan. The enemy is the American army. He was specially trained in fighting techniques to kill enemies in a short time, with karate.
His hand holds a sharp and large ballast of hard rock while beating thousands of times every day. Likewise with the kick that is carried out very directed with the help of makiwara or other tools. For three years Takayuki along with hundreds of other young men were trained to become very dangerous commandos. His hands became hard as steel which was able to slash an ally in seconds. But history determines otherwise, Japan surrendered in 1945 and Takayuki did not have to use his death hand to kill.
After the war, Japan experienced a great depression. The mighty soldier education program in Kumamoto automatically disbanded. Takayuki Kubota then moved to Tokyo to join karateka from another city. But in the Japanese capital hunger and social chaos are happening with great. Instead of getting a job, to get rations of bread or wheat rations he had to queue from dawn.
For months the difficulties had to be borne by Takayuki Kubota and the majority of the other Japanese population. However, good fortune brought Takayuki and his old friend together while practicing karate in Kumamoto. That person was Karino, who was a Tokyo police detective. Knowing Takayuki Kubota's toughness and expertise, Karino recruited his best friend to teach karate to the entire police force he was leading. Although at that time Kubota was only 19 years old, but his sincerity in teaching gave his own authority. Along with the tight schedule of teaching in the police, and at the instigation of detective Karino the first dojo was opened by Takayuki Kubota.
Aside from being a karate sensei, Takayuki Kubota was later assigned as Tokyo police detective. Often he has to fight gangsters and lawbreakers while doing incognito tasks. One technique that made Takayuki famous in Tokyo was his ability to catch and clamp tightly to the opponent's blade or short sword, and was able to bend the gun at his speed.
Although all of his opponents were defeated, Takayuki Kubota could not help but beaten several times by a samurai slash or other sharp weapons. From his teaching experience, the practice in the karate science police task force that was applied, and controlled by Takayuko Kubota was later called the Gosoku school, which was fast and hard.
In 1958, Takayuki Kubota migrated to California, United States. At their destination, Kubota, who had the expertise to teach police forces, immediately offered to teach karate at several military and police bases. Because his expertise is very high, in a short time he already has a fixed teaching schedule in several places.
In 1964, Kubota came to the United States. I was able to gather several talented young men to create the core of the US branch. Under Kubota's guidance, I.K.A. which has received wide recognition in the world of martial arts. Members of the organization have won national championships, including the state of California, the world championship. The International Karate Association has spread throughout the world with its headquarters located in Glendale, California.
FILOSOPHY
Extensive and in-depth knowledge of Grand Master Takayuki Kubota about martial arts and first-hand learning experiences with different groups and individuals, and teaching to young people, law enforcement agencies and others, encourages him to further perfect and modernize karate - do flow as well as to meet the very needs
His own experience with self defense training from karate has made him really interested in developing karate at all levels. especially with regard to teaching methods for children and young people. He is very concerned about the promotion and future of karate, especially outside Japan.
With this concern and brilliant ideas, he set out to create Gosoku - Ryu karate in a hard-fast style. It took Takayuki Kubota teacher several years of further research and improvement to become the most practical and versatile system of karate practiced anywhere in the world.
In 1989, the Kubota Grand Master was awarded the title of Soke, namely, the creator of a new, unique and internationally recognized style in the field of karate martial arts.
Soke is a world-renowned instructor of the Shotokan karate style, but refuses to discuss or compare the relative benefits of the Gosoku-Ryu style with other methods of Karate practice. When faced with the question, is Gosoku Ryu superior? "He humbly answered," Karate is karate! "Maybe he wants to imply that the longer you are
practicing karate, the more you will recognize the similarities between various styles rather than differences. Soke is a very simple and humble person. Sincere feelings of humility and sincere respect for traditions that are recognized by all who know him.
No doubt Gosoku - Ryu Karate is one of the most powerful and practical styles of karate-do known to humans. Its effectiveness is not only a function of fighting techniques, but also the methods that they are taught and applied at IKA and its affiliated dojo.
Being a great teacher and educator, Soke was well aware of the shortcomings of the older methods of teaching and training that were still being carried out at the time. Soke knew immediately that the traditional method of training had to be revised to meet both the demands of the new karate-do method, as well as the lifestyle of his students. He had imagined that the majority of his students were children,
students and people who work with limited free time to practice karate and related activities. To ensure training efficiency without compromising technical ability he created step by step training methods and practical exercises that were compatible with the physical demands of the Gosoku-Ryu system and the limitations of his students.
Kihon words for example in general and the word Kihon - Sonota in particular are some of the ways designed to carry out teaching ideas in the dojo environment. Although Gosoku - Ryu karate encompasses the breadth of karate techniques, the teaching philosophy emphasizes that technical quality is more important than quantity.
Pelajarannya sangat klasik, hanya memukul (tsuki) dan tendangan (geri). Tidak diajarkan kata atau rangkaian jurus. Walaupun klasik, Takayuki Kubota sangat patuh dan rajin. Ia dilatih sangat keras setiap hari selama dua tahun, hasilnya adalah kuda-kuda dan otot-otot Takayuki Kubota menjadi sangat kuat. Pada waktu luang di
rumahpun ia terus berlatih hingga ibunya sangat khawatir akan kesehatan anaknya. Meningkat usia sepuluh tahun, Takayuki Kubota sudah mahir dalam olah nafas dan meditas yang memperkuat tubuhnya. Sering ia pergi tengah malam menuju hutan atau pegunungan untuk melakukan meditasi hingga keesokan harinya.
Pada akhir Perang Dunia II, sekitar tahun 1943, Takayuki Kubota mengikuti pendidikan militer kerajaan untuk menjadi prajurit pembela negara dari serbuan musuh yang akan menduduki Jepang. Musuh tersebut adalah tentara Amerika. Ia dilatih khusus teknik pertarungan untuk membunuh musuh dalam waktu singkat, dengan karate.
Tangannya memegang pemberat dari batu cadas tajam dan besar sambil memukul ribuan kali setiap hari. Begitu juga dengan tendangan yang dilakukan sangat terarah dengan bantuan makiwara atau alat lain. Selama tiga tahun Takayuki bersama-sama
dengan ratusan pemuda lain dilatih untuk menjadi pasukan komando yang sangat berbahaya. Tangannya menjadi keras seperti baja yang mampu menebas tentara sekutu dalam hitunga detik. Namun sejarah menentukan lain, Jepang menyerah pada tahun 1945 dan Takayuki tidak usah menggunakan tangan mautnya untuk membunuh.
Seusai perang, Jepang mengalami depresi hebat. Program pendidikan prajurit perkasa di Kumamoto otomatis bubar. Takayuki Kubota kemudian pindah ke Tokyo untuk bergabung dengan karateka dari kota lain. Namun di ibukota Jepang tersebut kelaparan dan kekacauan sosial sedang terjadi dengan hebat. Jangankan mendapat pekerjaan, untuk mendapat jatah ransum roti atau gandum saja ia harus antri dari subuh.
Selama berbulan-bulan kesulitan itu harus dipikul Takayuki Kubota dan mayoritas penduduk Jepang lainnya. Namun, nasib baik mempertemukan Takayuki dengan kawan lamanya sewaktu bersama-sama berlatih karate di Kumamoto. Orang itu adalah Karino, yang menjabat sebagai detektif polisi Tokyo. Karena sudah mengetahui ketangguhan dan keahlian Takayuki Kubota, Karino merekrut sahabatnya tersebut untuk mengajarkan karate kepada seluruh jajaran kepolisian yang ia pimpin. Walaupun saat itu Kubota baru berusia 19 tahun, namun kesungguhannya dalam mengajar memberikan wibawa tersendiri. Bersamaan dengan padatnya acara mengajar di kepolisian, dan atas dorongan detektif Karino maka dibukalah dojo pertama Takayuki Kubota.
Selain menjadi sensei karate, Takayuki Kubota kemudian ditugasi sebagai detektif kepolisian Tokyo. Seringkali ia harus bertarung melawan para gangster dan pelanggar hukum ketika melakukan tugas-tugas penyamaran. Satu teknik yang membuat Takayuki terkenal di Tokyo adalah keahliannya menangkap dan menjepit kuat-kuat bilah pisau atau pedang pendek lawan, dan mampu menundukkan todongan pistol oleh kecepatannya.
Walaupun semua lawannya dapat dikalahkan, tidak urung Takayuki Kubota beberapa kali terkena sabetan samurai atau tusukan senjata tajam lainnya. Dari pengalamannya mengajar, praktek di satuan tugas kepolisian ilmu karate yang diterapkan, dan dikuasai Takayuko Kubota kemudian dinamakan aliran Gosoku, yaitu cepat dan keras.
Pada tahun 1958, Takayuki Kubota merantau ke California, Amerika Serikat. Di tempat tujuan, Kubota yang mengantongi keahlian mengajar pasukan kepolisian langsung menawarkan diri untuk mengajar karate di beberapa pangkalan militer dan kepolisian. Oleh karena keahliannya sangat tinggi, dalam waktu singkat ia sudah mempunyai jadwal mengajar tetap di beberapa tempat.
Tahun 1964, Kubota datang ke Amerika Serikat. Kubotamampu mengumpulkan beberapa pria muda berbakatuntuk menciptakan inti dari cabang AS. Di bawahbimbingan Kubota itu, I.K.A. yang telah mendapat pengakuan luas di dunia seni bela diri. Anggota organisasi telah memenangkan gelar juara nasional, termasuk negara bagian California, kejuaraan dunia.The International Association Karate telah menyebar keseluruh dunia dengan kantor pusat berlokasi diGlendale, California.
FILOSOPHY
Pengetahuan yang luas dan mendalam Grand Master Takayuki Kubota tentang seni bela diri dan pengalaman belajar dari tangan pertama dengan kelompok-kelompok dan individu yang berbeda, dan mengajarkan kepada mulai dari anak-anak muda, lembaga penegak hukum dan lain sebagainya, mendorongnya untuk lebih menyempurnakan dan memodernisasi karate - do alirannya serta untuk memenuhi kebutuhan yang sangat spesifik.
Pengalamannya sendiri dengan pelatihan pertahanan diri dari karate telah membuatnya benar-benar tertarik dalam mengembangkan karate di semua tingkatan. terutama berkaitan dengan metode mengajar anak-anak dan orang muda. Dia amat prihatin dengan promosi dan masa depan karate, khususnya di luar Jepang.
Dengan keprihatinan ini dan ide-ide yang cemerlang, ia berangkat untuk menciptakan Gosoku – Ryu karate dengan gaya keras- cepat. Guru Takayuki Kubota butuhbeberapa tahun melakukan penelitian lebih lanjut dan perbaikan sampai menjadi sistem yang paling praktis dan serbaguna dari karate yang dipraktekkan di mana saja di dunia ini.
Pada tahun 1989 , Grand Master Kubota dianugerahkan gelar Soke, yaitu , pencipta gaya baru , unik dan diakui secara internasional dalam bidang seni beladiri karate .
Soke adalah instruktur terkenal di dunia dari gaya Shotokan karate, namun menolak untuk membahas atau membandingkan manfaat relatif dari gaya Gosoku - Ryu dengan metode lain dari praktek Karate. Ketika dihadapkan dengan pertanyaan, apakah Gosoku Ryu lebih unggul ? " , Ia dengan rendah hati menjawab, " Karate adalah karate ! " Mungkin ia ingin menyiratkan bahwa semakin lama Anda
berlatih karate , semakin Anda akan mengenali kesamaan antara berbagai gaya daripada perbedaan. Soke adalah orang yang sangat sederhana dan rendah hati. Perasaan yang tulus dari kerendahan hati dan rasa hormat yang tulus untuk tradisi yang acknowleged oleh semua orang yang mengenalnya .
Tidak diragukan lagi Gosoku - Ryu Karate adalah salah satu gaya yang paling kuat dan praktis dari karate -do yang dikenal manusia . Efektivitasnya tidak hanya fungsi dari teknik pertempuran, tetapi juga metode-metode yang mereka diajarkan dan diterapkan di IKA dan dojo afiliasinya.
Menjadi guru besar dan pendidik, Soke sangat menyadari kekurangan dari metode yang lebih tua dari pengajaran dan pelatihan yang masih dilakukan pada saat itu. Soke langsung tahu bahwa metode tradisional pelatihan harus direvisi untuk memenuhi kedua tuntutan metode baru karate -do, serta gaya hidup murid-muridnya. Dia telah membayangkan bahwa mayoritas murid-muridnya adalah anak-anak,
mahasiswa dan orang yang bekerja dengan waktu luang yang terbatas untuk berlatih karate dan kegiatan yang terkait . Untuk menjamin efisiensi pelatihan tanpa mengorbankan kemampuan teknis ia menciptakan langkah tertentu demi langkah metode pelatihan dan latihan praktek yang kompatibel dengan tuntutan fisik dari sistem Gosoku - Ryu dan keterbatasan murid-muridnya.
Kihon kata misalnya pada umumnya dan kata Kihon - Sonota khususnya adalah beberapa cara yang dirancang untuk melaksanakan ide-ide mengajar di lingkungan dojo . Meskipun Gosoku - Ryu karate mencakup luasnya tekhnik karate, filosofi pengajaran menekankan bahwa itu adalah kualitas teknik yang lebih penting daripada kuantitas.
( English )
Takayuki Kubota was born around 1930 in Kumamoto, Japan. Since the age of 4 years he has been given the basics of judo techniques by Denjiro Kubota, his biological father who is a renowned kendo, jujujitsu, and judo practitioner in his area. A year later, Takayuki Kubota learned the Okinawa Tote from sensei Tokunaga and sensei Tarada, two soldiers who settled in Kumamoto.
The lessons are very classic, only hitting (tsuki) and kick (geri). Not taught words or series of moves. Although classic, Takayuki Kubota is very obedient and diligent. He trained very hard every day for two years, the result was that the horses and muscles of Takayuki Kubota became very strong. In his spare time at home he continues to practice until his mother is very worried about his child's health. Increasing the age of ten years, Takayuki Kubota is already proficient in breathing and meditation that strengthens his body. Often he goes midnight to the forest or mountains to meditate until the next day.
At the end of World War II, around 1943, Takayuki Kubota attended the royal military education to become a defending warrior of the country from the invading enemy that would occupy Japan. The enemy is the American army. He was specially trained in fighting techniques to kill enemies in a short time, with karate.
His hand holds a sharp and large ballast of hard rock while beating thousands of times every day. Likewise with the kick that is carried out very directed with the help of makiwara or other tools. For three years Takayuki along with hundreds of other young men were trained to become very dangerous commandos. His hands became hard as steel which was able to slash an ally in seconds. But history determines otherwise, Japan surrendered in 1945 and Takayuki did not have to use his death hand to kill.
After the war, Japan experienced a great depression. The mighty soldier education program in Kumamoto automatically disbanded. Takayuki Kubota then moved to Tokyo to join karateka from another city. But in the Japanese capital hunger and social chaos are happening with great. Instead of getting a job, to get rations of bread or wheat rations he had to queue from dawn.
For months the difficulties had to be borne by Takayuki Kubota and the majority of the other Japanese population. However, good fortune brought Takayuki and his old friend together while practicing karate in Kumamoto. That person was Karino, who was a Tokyo police detective. Knowing Takayuki Kubota's toughness and expertise, Karino recruited his best friend to teach karate to the entire police force he was leading. Although at that time Kubota was only 19 years old, but his sincerity in teaching gave his own authority. Along with the tight schedule of teaching in the police, and at the instigation of detective Karino the first dojo was opened by Takayuki Kubota.
Aside from being a karate sensei, Takayuki Kubota was later assigned as Tokyo police detective. Often he has to fight gangsters and lawbreakers while doing incognito tasks. One technique that made Takayuki famous in Tokyo was his ability to catch and clamp tightly to the opponent's blade or short sword, and was able to bend the gun at his speed.
Although all of his opponents were defeated, Takayuki Kubota could not help but beaten several times by a samurai slash or other sharp weapons. From his teaching experience, the practice in the karate science police task force that was applied, and controlled by Takayuko Kubota was later called the Gosoku school, which was fast and hard.
In 1958, Takayuki Kubota migrated to California, United States. At their destination, Kubota, who had the expertise to teach police forces, immediately offered to teach karate at several military and police bases. Because his expertise is very high, in a short time he already has a fixed teaching schedule in several places.
In 1964, Kubota came to the United States. I was able to gather several talented young men to create the core of the US branch. Under Kubota's guidance, I.K.A. which has received wide recognition in the world of martial arts. Members of the organization have won national championships, including the state of California, the world championship. The International Karate Association has spread throughout the world with its headquarters located in Glendale, California.
FILOSOPHY
Extensive and in-depth knowledge of Grand Master Takayuki Kubota about martial arts and first-hand learning experiences with different groups and individuals, and teaching to young people, law enforcement agencies and others, encourages him to further perfect and modernize karate - do flow as well as to meet the very needs
His own experience with self defense training from karate has made him really interested in developing karate at all levels. especially with regard to teaching methods for children and young people. He is very concerned about the promotion and future of karate, especially outside Japan.
With this concern and brilliant ideas, he set out to create Gosoku - Ryu karate in a hard-fast style. It took Takayuki Kubota teacher several years of further research and improvement to become the most practical and versatile system of karate practiced anywhere in the world.
In 1989, the Kubota Grand Master was awarded the title of Soke, namely, the creator of a new, unique and internationally recognized style in the field of karate martial arts.
Soke is a world-renowned instructor of the Shotokan karate style, but refuses to discuss or compare the relative benefits of the Gosoku-Ryu style with other methods of Karate practice. When faced with the question, is Gosoku Ryu superior? "He humbly answered," Karate is karate! "Maybe he wants to imply that the longer you are
practicing karate, the more you will recognize the similarities between various styles rather than differences. Soke is a very simple and humble person. Sincere feelings of humility and sincere respect for traditions that are recognized by all who know him.
No doubt Gosoku - Ryu Karate is one of the most powerful and practical styles of karate-do known to humans. Its effectiveness is not only a function of fighting techniques, but also the methods that they are taught and applied at IKA and its affiliated dojo.
Being a great teacher and educator, Soke was well aware of the shortcomings of the older methods of teaching and training that were still being carried out at the time. Soke knew immediately that the traditional method of training had to be revised to meet both the demands of the new karate-do method, as well as the lifestyle of his students. He had imagined that the majority of his students were children,
students and people who work with limited free time to practice karate and related activities. To ensure training efficiency without compromising technical ability he created step by step training methods and practical exercises that were compatible with the physical demands of the Gosoku-Ryu system and the limitations of his students.
Kihon words for example in general and the word Kihon - Sonota in particular are some of the ways designed to carry out teaching ideas in the dojo environment. Although Gosoku - Ryu karate encompasses the breadth of karate techniques, the teaching philosophy emphasizes that technical quality is more important than quantity.